Kemuliaan Nabi Muhammad ﷺ seperti cahaya yang menerangi benda-benda di sekelilingnya. Dia-lah al-Musthafa yang dipilih oleh Allah menjadi kekasih dan utusan di bumi. Mengangkat derajat kaum lemah, melepaskan belenggu kemusyrikan, dan membawa ajaran rahmat bagi seluruh alam. Umatnya adalah terbaik dibandingkan dengan umat-umat terdahulu. Pernyataan ini secara jelas disebutkan dalam al-Qur’an كُنْتُمْ خَيْرَ أمة أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ ١١٠ “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” QS. Ali Imran 110. Berita ini ternyata telah ada jauh sebelum diutusnya Nabi Muhammad ﷺ. Salah satu nabi yang sangat mengagumi umat Nabi Muhammad ﷺ adalah Nabi Musa alaihissalam. Kekaguman Nabi Musa berawal ketika beliau membaca al-alwah kitab tentang keistimewaan sekelompok umat yang belum pernah ada sebelumnya. Ungkapan kekaguman Nabi Musa dijelaskan oleh Wahab Ibn Munabih seorang pemuka tabi’in ahli sejarah, dalam kitab Sabil al-Addikar karya Syekh Al-Habib Abdullah Alawi Al-Haddad, sebagai berikut يا رب ما هذه الأمة المحمدية التي أجدها في الألواح؟ قال هم أمة أحمد يرضون مني باليسير من الرزق أعطيهم إياه وأرضى منهم باليسير من العمل أدخل أحدهم الجنة بشهادة أن لاإله إلاالله Wahai Rab-ku! Siapakah umat Muhammadiyah bangsa Nabi Muhammad yang saya temukan di alwah? wahyu kitab taurat yang tertulis dalam bentuk lembaran. Allah menjawab “Mereka adalah umat Ahmad Nabi Muhammad ﷺ. Mereka ridha dengan sedikit rezeki yang kami berikan. Kami pun ridha kepada mereka dengan sedikitnya amal. Sebagian dari mereka akan dimasukkan ke dalam surga dengan bersaksi tiada tuhan selain Allah. قال فإني أجد في الألواح أمة يحشرون يوم القيامة وجوههم على صورة القمر ليلة البدر قال هم أمة أحمد أحشرهم يوم القيامة غرا محجلين من اثار الوضوء والسجود Nabi Musa berkata “Sungguh aku menemukan di alwah segolongan umat kelak mereka berkumpul di hari kiamat wajah mereka bersinar sebagaimana rembulan”. Allah menjawab, “Mereka adalah umat Ahmad, kami kumpulkan mereka pada hari kiamat dengan keelokan, serta tanda dari bekas wudhu dan sujud. قال فإني أجد في الألواح أمة يصلون في اليوم والليلة خمس صلوات في خمس ساعات من النهار وتفتح لهم أبواب السماء وتنزل عليهم الرحمة فاجعلهم أمتي قال هم أمة أحمد Nabi Musa berkata “Sungguh aku menemukan di alwah segolongan umat mereka mengerjakan shalat lima kali dalam sehari semalam. Dibuka pintu-pintu langit dan diturunkan rahmat bagi mereka. Jadikanlah mereka umatku.” Allah menjawab “Mereka adalah umat Ahmad.” قال يا رب إني أجد في الألواح أمة يصومون لك شهر رمضان فتغفر لهم ما كان قبل ذلك فاجعلهم أمتي قال هم أمة أحمد Nabi Musa berkata “Sungguh aku menemukan di alwah segolongan umat mereka berpuasa di bulan Ramadhan karena Engkau Allah, dan Engkau ampuni dosa mereka yang telah lampau, jadikanlah mereka umatku.” Allah menjawab “Mereka adalah umat Ahmad.” قال يا رب إني أجد في الألواح أمة يحجون لك البيت الحرام لايقضون منه وطرا يعجون بالبكاء عجيجا ويضجون بالتلبية ضجيجا فاجعلهم أمتي قال هم أمة أحمد Nabi Musa berkata “Sungguh aku menemukan di alwah segolongan umat mereka haji ke Baitullah karena Engkau, mereka terus menerus mengutarakan hajatnya, menangis, dan meneriakkan lafal talbiyah, jadikan mereka umatku.” Allah menjawab “Mereka adalah umat Ahmad.” قال فما تعطيهم على ذلك؟ قال أزيدهم المغفرة واشفعهم فيمن وراءهم Nabi Musa berkata “Apa yang Engkau berikan kepada mereka atas hal tersebut? Allah menjawab “Kami tambahkan mereka ampunan dan akan aku beri pertolongan kepada mereka yaitu orang-orang setelah nya pengikutnya.” قال يا رب إني أجد في الألواح أمة إذا هم أحدهم بحسنة يعملها فلم يعملها كتبت له حسنة واحدة وإن عملها كتب له عشر أمثالها إلى سبعمائة ضعف فاجعلهم أمتي قال تلك أمة أحمد Nabi Musa berkata “Sungguh aku menemukan di alwah segolongan umat, ketika berniat melakukan kebaikan dan belum sempat menjalankan maka ditulis baginya satu kebaikan. Dan ketika berhasil melaksankan baginya dicatat 10 hingga 700 lipat kebaikan, jadikanlah mereka umatku.” Allah menjawab “Mereka adalah umat Ahmad.” قال يا رب إني أجد في الألواح أمة إذا هم احدهم بالسيئة ثم لم يعملها لم تكتب عليه واحدة وإن عملها كتبت سيئة واحدة فاجعلهم أمتي قال تلك أمة أحمد Nabi Musa berkata “Sungguh aku menemukan di alwah segolongan umat, ketika berniat melakukan kejelekan kemudian tidak jadi melaksanakan maka tidak ditulis baginya satu kejelekan. Dan ketika melaksanakan dicatat satu kejelekan, jadikanlah mereka umatku.” Allah menjawab “Mereka adalah umat Ahmad.” قال يا رب إني أجد في الألواح أمة هم خير الناس يَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ فاجعلهم أمتي قال هم أمة أحمد Nabi Musa berkata “Sungguh aku menemukan di alwah segolongan umat, mereka adalah sebaik-baik manusia yang memerintahkan kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran, jadikanlah mereka umatku.” Allah menjawab “Mereka adalah umat Ahmad.” قال يا رب إني أجد في الألواح أمة يحشرون يوم القيامة على ثلاثة ثُلَلٍ ثلة يدخلون الجنة بغير حساب وثلة يحاسبون حسابا يسيرا وثلة يُمَحَّصُوْنَ ثم يدخلون الجنة فاجعلهم أمتي قال تلك أمة أحمد Nabi Musa berkata “Sungguh aku menemukan di alwah segolongan umat mereka dikumpulkan pada hari kiamat atas tiga kelompok 1/3; 1/3 pertama mereka dimasukkan ke dalam surga tanpa hisab perhitungan amal; 1/3 kedua mereka dihisab dengan hisab yang ringan mudah; 1/3 ketiga mereka dibersihkan dari dosa terlebih dahulu baru kemudian dimasukkan ke dalam surga. Syekh Abdullah Alawi Al-Haddad Al-Hadhramiy Asy-Syafiy, Sabil al-Addikar, tp. tt. Demikianlah sedikit contoh dari kekaguman nabi Musa terhadap umat Nabi Muhammad ﷺ. sehingga menginginkan menjadi umatnya. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disederhanakan sebagai berikut Pertama, umat Nabi Muhammad adalah umat yang ridha dengan sedikit rezeki, oleh karenanya Allah ridha dengan amalan yang sedikit. Mereka akan dimasukkan ke dalam surga dengan bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah mati dalam keadaan beragama Islam. Contoh keutamaan yang hanya dimiliki oleh umat Nabi Muhammad adalah lailatul qadar, yaitu amalan satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Kedua, umat Nabi Muhammad akan dikumpulkan pada hari kiamat dengan wajah-wajah bercahaya lagi indah. Demikian ini adalah bekas wudhu dan sujud selama di dunia. Ketiga, umat Nabi Muhammad melaksanakan shalat lima kali dalam sehari semalam. Keutamaannya adalah dibukanya pintu-pintu langit dan diturunkan rahmat kepada mereka. hal inilah yang menjadikan kagum nabi Musa alaihissalam. Keempat, umat Nabi Muhammad selalu mendapatkan ampunan atas dosa-dosa yang telah lampau sebagai balasan dari ibadah puasa di bulan Ramadhan. Kelima, umat Nabi Muhammad akan mendapatkan banyak ampunan dan pertolongan dari Allah sebagai balasan pelaksanaan ibadah haji. Keenam, niat kebaikan umat Nabi Muhammad adalah satu kebaikan, dan 10 hingga 700 lipat kebaikan jika dapat melaksanakan niat baiknya. Lain halnya jika berniat melaksanakan kejelekan yang tidak samapai dilaksnakan maka tidak mendapatkan dosa. Dan setiap kejelekan akan mendapatkan satu dosa atasnya. Ketujuh, umat Nabi Muhammad adalah umat terbaik yang menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Kedelapan, umat Nabi Muhammad akan terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok umat yang akan dimasukkan ke dalam surga tanpa hisab, dihisab dengan hisab yang mudah, dan segolongan yang lain adalah mengalami siksa sebagai pembersihan diri dari dosa-dosa baru kemudian dimasukkan ke dalam surga. Kedelapan contoh tersebut hanyalah sebagian kecil dari keutamaan umat Nabi Muhammad ﷺ. Semoga kita semua diakui sebagai umat Rasulullah Muhammad ﷺ yang akan mendapatkan segala kemuliaan di sisi Allah sebagaimana yang dijelaskan oleh nabi Musa alaihissalam. Jaenuri, Dosen Fakultas Agama Islam UNU Surakarta
Berikutini penjelasan singkat tentang 10 perintah ajaran Nabi Musa ' alaihissalam melansir laman Pertama, jangan menyembah Tuhan selain Allah ﷻ. Dalam surat Al Baqarah ayat 163 disebutkan: "Dan Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada tuhan selain Dia, Yang Mahapengasih, Mahapenyayang.". Benarkah mertuanya nabi Musa adalah nabi Syuaib? Trim’s, karna ada yg meragukan Jawab Bismillah was shalatu was salamu ala Rasulillah, wa ba’du, Ada beberapa keterangan dalam al-Quran terkait nama kota Madyan dan perjalanan Musa alaihis salam. Pertama, Allah menyebutkan bahwa daerah yang didatangi Nabi Musa ketika beliau melarikan diri dari kejaran pasukan Fir’aun bernama Madyan. Allah berfirman, وَلَمَّا تَوَجَّهَ تِلْقَاءَ مَدْيَنَ قَالَ عَسَى رَبِّي أَنْ يَهْدِيَنِي سَوَاءَ السَّبِيلِ . وَلَمَّا وَرَدَ مَاءَ مَدْيَنَ وَجَدَ عَلَيْهِ أُمَّةً مِنَ النَّاسِ يَسْقُونَ وَوَجَدَ مِنْ دُونِهِمُ امْرَأتَيْنِ تَذُودَانِ قَالَ مَا خَطْبُكُمَا قَالَتَا لَا نَسْقِي حَتَّى يُصْدِرَ الرِّعَاءُ وَأَبُونَا شَيْخٌ كَبِيرٌ “Tatkala dia Musa menuju negeri Mad-yan ia berdoa lagi “Mudah-mudahan Tuhanku memimpinku ke jalan yang benar.” Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Mad-yan ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan ternaknya, dan ia men- jumpai di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat ternaknya. Musa berkata “Apakah maksudmu dengan berbuat at begitu?” Kedua wanita itu menjawab “Kami tidak dapat meminumkan ternak kami, sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan ternaknya, sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya. QS. al-Qashas 22 – 23. Kedua, Tidak ada keterangan bahwa orang tua yang menikahkan Musa dengan putrinya bernama Syuaib. Dalam al-Quran, Allah menyebutnya dengan Syaikhun Kabir orang yang sudah tua. Allah berfirman, قَالَ مَا خَطْبُكُمَا قَالَتَا لَا نَسْقِي حَتَّى يُصْدِرَ الرِّعَاءُ وَأَبُونَا شَيْخٌ كَبِيرٌ Musa berkata “Apakah maksudmu dengan berbuat at begitu?” Kedua wanita itu menjawab “Kami tidak dapat meminumkan ternak kami, sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan ternaknya, sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya. QS. al-Qashas 23. Ketiga, Allah juga menyebutkan bahwa nama kota yang didakwahi Nabi Syuaib adalah kota Madyan. Allah berfirman, وَإِلَى مَدْيَنَ أَخَاهُمْ شُعَيْبًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ “Dan Kami telah mengutus kepada penduduk Mad-yan saudara mereka, Syu’aib. Ia berkata “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya…” QS. al-A’raf 85 Keempat, bahwa rentang masa antara kaum Nabi Luth yang dibinasakan dengan kaum Nabi Syuaib radhiyallahu anhuma tidaklah jauh. Karena itu, ketika Syuaib mengingatkan kaumnya, beliau ingatkan akan adzab yang menimpa kaum Luth. Allah berfirman, قَالُوا يَا شُعَيْبُ أَصَلَاتُكَ تَأْمُرُكَ أَنْ نَتْرُكَ مَا يَعْبُدُ آَبَاؤُنَا…. وَيَا قَوْمِ لَا يَجْرِمَنَّكُمْ شِقَاقِي أَنْ يُصِيبَكُمْ مِثْلُ مَا أَصَابَ قَوْمَ نُوحٍ أَوْ قَوْمَ هُودٍ أَوْ قَوْمَ صَالِحٍ وَمَا قَوْمُ لُوطٍ مِنْكُمْ بِبَعِيدٍ “Mereka berkata “Hai Syu’aib, apakah shalatmu menyuruh kamu agar kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami… Hai kaumku, janganlah hendaknya pertentangan antara aku dengan kamu menyebabkan kamu menjadi jahat hingga kamu ditimpa azab seperti yang menimpa kaum Nuh atau kaum Hud atau kaum Shaleh, sedang kaum Luth tidak pula jauh waktunya dari kamu. QS. Hud 87 – 89. Dan kita tahu, kaum Luth hidup semasa dengan Nabi Ibrahim. Dibuktikan dengan peristiwa ketika Malaikat yang diutus menghancurkan kaum Luth, sebelum mendatangi Luth, mereka mendatangi Ibrahim alaihis salam. Berarti masa Nabi Syuaib berdekatan dengan masa Nabi Luth. Sementara Musa adalah keturunan Bani Israil, jauh dari zaman Ibrahim. Ibnu Katsir menyebutkan lebiih dari 400 tahun. Musa jauh setelah Yusuf. Sementara Yusuf keturunan Ya’kob bin Ishaq bin Ibrahim. Kita tidak tahu, berapa generasi antara Ibrahim dengan Musa. Sehingga secara perhitungan waktu, aneh jika Musa bertemu dengan Syuaib yang zamannya berdekatan dengan Luth. Keterangan dari Hadis Disamping informasi dalam al-Quran, Nabi shallallahu alaihi wa sallam juga menyebutkan keterangan tambahan dalam hadis bahwa Nabi Syuaib adalah nabi dari arab, yang berbahasa arab. Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah menyampaikan beberapa hal terkait para nabi, diantara yang beliau sampaikan kepada Abu Dzar adalah وَأَرْبَعَةٌ مِنَ العَرَبِ هُودٌ وَصَالِح وَشُعَيب وَنَبِيُّكَ يَا أَبَا ذَرّ Ada 4 nabi dari arab, yaitu Hud, Shaleh, Syuaib, dan nabimu ini, wahai Abu Dzar. HR. Ibnu Hibban dan dihasankan al-Hafidz Ibnu Katsir dalam al-Bidayah wa an-Nihayah, 1/120. Sementara diskusi antara Musa dengan mertuanya dilakukan tanpa penerjemah. Seperti yang Allah sebutkan di surat al-Qashas, قَالَ إِنِّي أُرِيدُ أَنْ أُنْكِحَكَ إِحْدَى ابْنَتَيَّ هَاتَيْنِ عَلَى أَنْ تَأْجُرَنِي ثَمَانِيَ حِجَجٍ فَإِنْ أَتْمَمْتَ عَشْرًا فَمِنْ عِنْدِكَ وَمَا أُرِيدُ أَنْ أَشُقَّ عَلَيْكَ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّالِحِينَ . قَالَ ذَلِكَ بَيْنِي وَبَيْنَكَ أَيَّمَا الْأَجَلَيْنِ قَضَيْتُ فَلَا عُدْوَانَ عَلَيَّ وَاللَّهُ عَلَى مَا نَقُولُ وَكِيلٌ Berkatalah dia Orang tua madyan “Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah suatu kebaikan dari kamu, maka aku tidak hendak memberati kamu. Dan kamu Insya Allah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik”. Dia Musa berkata “Itulah perjanjian antara aku dan kamu. Mana saja dari kedua waktu yang ditentukan itu aku sempurnakan, maka tidak ada tuntutan tambahan atas diriku lagi. Dan Allah adalah saksi atas apa yang kita ucapkan”. QS. al-Qashas 27 – 28 Ayat di atas menceritakan percakapan antara Musa dengan mertuanya soal mahar pernikahan, dan mereka lakukan tanpa penerjemah. Jika mertu Musa adalah Syuaib, tentu berbeda dengan bahasa Musa. Karena Musa berasal dari Bani Israil yang bahasanya bukan bahasa arab. Dari keterangan di atas, ada beberapa hal mendekati yang bisa kita simpulkan, [1] Ada kesamaan nama daerah antara tempat dakwah Nabi Syuaib dengan mertuanya Musa, yaitu Madyan [2] Mertua Nabi Musa adalah orang tua di Madyan, dan beliau bukan Nabi Syuaib. Dan pendapat ini yang dinilai kuat oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya. Dengan pertimbangan surat Hud ayat 89. Tafsir Ibnu Katsir, 6/228-229. Demikian, Allahu a’lam. Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits Dewan Pembina Anda bisa membaca artikel ini melalui aplikasi Tanya Ustadz untuk Android. Download Sekarang !! didukung oleh Zahir Accounting Software Akuntansi Terbaik di Indonesia. Dukung Yufid dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR. SPONSOR hubungi 081 326 333 328 DONASI hubungi 087 882 888 727 REKENING DONASI BNI SYARIAH 0381346658 / BANK SYARIAH MANDIRI 7086882242 YAYASAN YUFID NETWORK 🔍 Dilarang Tidur Di Masjid, Puasa Tarwiah, Bertaubat Kepada Allah, Mokah Artinya, Bacaan Sesudah Sholat Wajib, Yufid Org KLIK GAMBAR UNTUK MEMBELI FLASHDISK VIDEO CARA SHOLAT, ATAU HUBUNGI +62813 26 3333 28 MakaNabi Musa 'alaihissalam berkata, "Aku telah melakukannya, sedang aku di waktu itu termasuk orang-orang yang khilaf.-Lalu aku lari meninggalkan kamu ketika aku takut kepadamu, kemudian Tuhanku memberikan kepadaku ilmu serta Dia menjadikanku salah seorang di antara rasul-rasul.—Budi baik yang kamu limpahkan kepadaku itu adalahKisah Nabi Musa Alaihissalam 11 Wafatnya Musa Alaihissalam Oleh DR. Firanda Andirja, Lc. MA. Di masa 40 tahun ini, wafatlah Nabi Musa Alaihissalam dan Nabi Harun AS[1]. Kemudian, kenabian berpindah kepada Yusya’ bin Nun[2], yang kemudian memimpin Bani Israil menaklukkan Palestina. Beliau adalah pemuda yang menemani Nabi Musa Alaihissalam dalam pencarian Nabi Khadhir, yang Allah ﷻ sebutkan kisahnya dalam surat Al-Kahfi[3]. وَإِذْ قَالَ مُوسَىٰ لِفَتَاهُ لَا أَبْرَحُ حَتَّىٰ أَبْلُغَ مَجْمَعَ الْبَحْرَيْنِ أَوْ أَمْضِيَ حُقُبًا “Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada muridnya “Aku tidak akan berhenti berjalan sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun”.” QS. Al-Kahfi 60 Yusya’ bin Nun inilah yang disebutkan oleh Rasulullahﷺ dalam hadis, غَزَا نَبِيٌّ مِنَ الأَنْبِيَاءِ، فَقَالَ لِقَوْمِهِ لاَ يَتْبَعْنِي رَجُلٌ مَلَكَ بُضْعَ امْرَأَةٍ، وَهُوَ يُرِيدُ أَنْ يَبْنِيَ بِهَا؟ وَلَمَّا يَبْنِ بِهَا، وَلاَ أَحَدٌ بَنَى بُيُوتًا وَلَمْ يَرْفَعْ سُقُوفَهَا، وَلاَ أَحَدٌ اشْتَرَى غَنَمًا أَوْ خَلِفَاتٍ وَهُوَ يَنْتَظِرُ وِلاَدَهَا، فَغَزَا فَدَنَا مِنَ القَرْيَةِ صَلاَةَ العَصْرِ أَوْ قَرِيبًا مِنْ ذَلِكَ، فَقَالَ لِلشَّمْسِ إِنَّكِ مَأْمُورَةٌ وَأَنَا مَأْمُورٌ اللَّهُمَّ احْبِسْهَا عَلَيْنَا، فَحُبِسَتْ حَتَّى فَتَحَ اللَّهُ عَلَيْهِ “Salah seorang nabi pernah berperang, kemudian ia berkata kepada kaumnya Janganlah ikut serta dalam peperanganku ini seseorang lelaki yang baru saja menikah dan ia hendak berhubungan dengan istrinya itu, tidak pula seorang yang tengah membangun rumah dan belum menyelesaikan atapnya, dan tidak pula seseorang yang membeli kambing atau onta yang sedang bunting tua sedang ia menantikan kelahiran anak-anak ternaknya itu.’ Kemudian sang nabi pun berangkat perang. Ketika ia telah mendekati sebuah desa, ternyata waktu shalat Ashar telah tiba, atau sekitar waktu tersebut. Ia pun lantas berkata kepada matahari Sesungguhnya engkau dan saya adalah hamba Allah.’ Kemudian ia pun berdoa, Ya Allah! Tahanlah pergerakan matahari itu di atas kami!’ Matahari itu pun tertahan tertunda dari waktu terbenamnya, hingga Allah ﷻ memberikan kemenangan kepada sang nabi tersebut.” [4] Peperangan yang dimaksud adalah penaklukkan Palestina, dan tidak dijelaskan secara detail bagaimana penaklukkan Palestina tersebut terjadi[5]. Allah ﷻ pun memenangkan Nabi Yusya’ AS, dan Palestina pun takluk dan menyerah kepada Bani Israil. Ketika hendak memasuki Palestina, Allah ﷻ memerintahkan mereka untuk melakukan gerakan dan ucapan syukur, sebagaimana terhikayatkan dalam firman-Nya وَإِذْ قُلْنَا ادْخُلُوا هَذِهِ الْقَرْيَةَ فَكُلُوا مِنْهَا حَيْثُ شِئْتُمْ رَغَدًا وَادْخُلُوا الْبَابَ سُجَّدًا وَقُولُوا حِطَّةٌ نَغْفِرْ لَكُمْ خَطَايَاكُمْ وَسَنَزِيدُ الْمُحْسِنِينَ “Dan ingatlah, ketika Kami berfirman Masuklah kamu ke negeri ini Baitul Maqdis, dan makanlah dari hasil buminya yang banyak lagi enak di mana pun yang kamu sukai, dan masukilah pintu gerbangnya sambil bersujud, dan katakanlah Bebaskanlah kami dari dosa’, niscaya Kami ampuni kesalahan-kesalahanmu, dan kelak Kami akan menambah pemberian Kami kepada orang-orang yang berbuat baik.’” QS. Al-Baqarah 58 Yang dimaksud dengan sujud adalah ruku’[6], yaitu agar mereka memasuki Palestina dengan penuh ketundukan dan rasa syukur kepada Allahﷻ sembari mengucapkan permintaan ampunan kepadaNya[7] atas kemaksiatan yang telah mereka lakukan sehingga menyebabkan mereka dihukum tersesat selama 40 tahun. Namun, bukannya memasuk Palestina sesuai perintah Allah ﷻ, yaitu dengan ketundukan, rasa syukur, dan rasa bersalah akan dosa-dosa yang telah diperbuat, ternyata mereka malah melakukan hal yang sebaliknya, yaitu dengan memasuki Palestina sembari mendorong-dorong pantat mereka sebagai bentuk kesombongan dan pamer akan kekuatan diri, serta memelesetkan ucapan hiththah yang mengandung makna istighfar kepada Allah ﷻ dengan kata hinthah, yang berarti gandum[8]. Perhatikan bagaimana lancangnya Bani Israil mengolok-olok perintah Allahﷻ kepada mereka. Allah ﷻ berfirman فَبَدَّلَ الَّذِينَ ظَلَمُوا قَوْلًا غَيْرَ الَّذِي قِيلَ لَهُمْ فَأَنْزَلْنَا عَلَى الَّذِينَ ظَلَمُوا رِجْزًا مِنَ السَّمَاءِ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ “Lalu orang-orang yang zalim mengganti perintah dengan mengerjakan yang tidak diperintahkan kepada mereka. Sebab itu Kami timpakan atas orang-orang yang zalim itu dari langit, lantaran mereka kefasikan yang mereka perbuat.” QS. Al-Baqarah 59 Bani Israil adalah kaum yang sangat tidak beradab kepada Allah ﷻ dan para nabi dan rasul, keras kepala, serta gemar mencari-cari celah untuk menghindari perintah Allah ﷻ atau melanggar larangan-Nya. Lihatlah Taurat yang telah mereka ubah, anda akan dapati berbagai pelecehan yang mereka lakukan dalam menyifati Allahﷻ serta para nabi dan rasul, sebagaimana sebagian kecilnya telah kita sebutkan di akhir-akhir pembahasan setiap nabi. Allah ﷻ berfirman لُعِنَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ مِنۢ بَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ عَلَىٰ لِسَانِ دَاوُۥدَ وَعِيسَى ٱبۡنِ مَرۡيَمَۚ ذَٰلِكَ بِمَا عَصَواْ وَّكَانُواْ يَعۡتَدُونَ “Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas.” QS. Al-Maidah 78 Dikisahkan pula bahwa ketika akan meninggal dunia, Nabi Musa Alaihissalam didatangi oleh Malaikat Maut yang menjelma sebagai manusia. Kisahnya disebutkan oleh Rasulullah ﷺ dalam sabdanya “Malaikat maut datang menemui Musa Alaihissalam, lalu ia berkata kepadanya Penuhilah panggilan Rabbmu!’ Lalu Musa pun menampar mata Malaikat Maut hingga ia keluar dari tempatnya. Malaikat Maut pun kembali menemui Allah ﷻ seraya berkat Engkau telah mengutusku kepada seorang hamba-Mu yang tidak menginginkan kematian, dan sungguh ia telah mencukil mataku.’ Lalu Allah pun mengembalikan mata Malaikat Maut dan berfirman Kembalilah kepada hamba-Ku dan katakan kepadanya Apakah kehidupan yang engkau inginkan? Jika engkau menginginkan kehidupan maka letakkanlah tanganmu di atas bulu sapi, maka setiap bulu yang tertutup oleh tanganmu, dengannya engkau akan mendapatkan tambahan satu tahun.’ Malaikat Maut pun kembali dan menyampaikan tawaran tersebut kepada Nabi Musa Alaihissalam. Mendengar itu, Musa pun berkata; Lalu apa setelah itu?’ Malaikat Maut menjawab Kematian.’ Musa berkata lagi Kalau begitu, segerakan sajalah!’ Musa Alaihissalam pun berdoa Ya Allah, dekatkanlah kuburku dengan tanah suci sejauh lemparan batu.’ Jika aku ada di sana sungguh akan aku tunjukkan lokasi tersebut kepada kalian, yaitu di sisi jalan dekat pasir merah.”[9] Nabi Musa Alaihissalam tidaklah mengetahui bahwa manusia tersebut adalah Malaikat Maut. Dan mata Malaikat Maut dapat terlepas, karena ketika itu ia sedang menjelma menjadi manusia, sehingga sebagian sifat fisik manusia ada padanya.[10] Demikianlah kisah Nabi Musa Alaihissalam bersama kaum yang amat ingkar dan keras kepala. Allah ﷻ mengisahkan kisah beliau Alaihissalam bersama kaumnya dalam banyak tempat dalam Al-Qur’an, agar umat Muhammad ﷺ dapat mengambil pelajaran dari mereka. Semoga Allah ﷻ menjadikan kita sebagai umat yang beradab kepada Allah ﷻ dan Rasul-Nya ﷺ. Wallaahu A’lam. Footnote _________ [1] Lihat Tafsir Ibnu Katsir 3/80 [2] Lihat Al-Bidayah wa An-Nihayah 1/359 [3] Lihat surat Al-Kahfi ayat 60. [4] HR. Bukhori no. 3124 dan Muslim no. 1747 [5] Lihat Al-Bidayah wa An-Nihayah 1/359 [6] Lihat Tafsir Ath-Thabari 2/104 [7] Lihat Tafsir Ath-Thabari 2/106 [8] Lihat Tafsir Ath-Thabari 2/115 [9] HR. Muslim no. 2372 [10] Lihat Mirqootul Mafaatiih Syarhu Misykaatul Mashoobiih 9/3648Tidakbanyak yang tahu tentang keluarga Nabi Musa secara detil. Muncul anggapan bahwa mertua Nabi Musa adalah adalah Nabi Syuaib alaihissalam. Video Poster Dakwah kali ini akan mengupas secara tuntas apakah anggapan tersebut benar atau tidak melalui sejarah Nabi Musa dan kisah Nabi Syuaib alaihissalam yang merupakan satu dari 4 nabi dari Arab. – Membuka mushaf Al Quran secara acak. Tidak menyangka ketemu surah Al Qashas ayat 22-28. Setelah memahami rangkaian ayat-ayat tersebut, ada kisah bagaimana Nabi Musa bertemu jodohnya. Dalam ayat itu Nabi Musa alaihissalam tidak memilih sendiri jodohnya apalagi dijodohkan sebagaimana menimpa sebagian perempuan Indonesia. Jodoh Nabi Musa datang sendiri. Yang ditakdirkan menjadi bapak mertuanya adalah Nabi Syuaib alaihissalam. Orang tua tak perlu malu mencarikan jodoh terbaik bagi putrinya, lihat kisah Nabi Musa alaihissalam saat di negeri Madyan. Mengapa Nabi Syuaib alaihissalam mengambil Musa sebagai menantu? Prof. Dr. Quraish Shihab dalam kajian Tafsir al-Misbah bulan juni 2017, berpendapat Nabi Musa adalah sosok kuat dan terpercaya. Salah seorang dari kedua wanita itu berkata “Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja pada kita, karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja pada kita ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya“. Al Qashas 26 Dari mana putri Nabi Syuaib tahu bahwa Musa kuat dan terpercaya? Musa alaihissalam sosok kuat, ia mampu membantu putri Nabi Syuaib saat kesulitan memberi air minum bagi hewan ternaknya. Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan dengan malu-malu, ia berkata “Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberi balasan terhadap kebaikan mu memberi minum ternak kami” Al Qashas 25. Nabi Musa adalah pemuda yang bisa dipercaya saat ia dalam perjalanan menuju ke rumah Nabi Syuaib alaihissalam. Ia tidak berbuat genit, asusila dan cabul terhadap putri Nabi Syuaib. Ingat Musa alaihissalam dalam perjalanan itu, meminta di depan daripada harus dibelakang putri Nabi Syuaib yang bertindak sebagai penunjuk jalan. Terpercaya adalah syarat setelah aspek “kuat”, bagaimana mungkin orang tua menyerahkan putrinya kepada orang tak terpercaya? Bisa celaka di dunia maupun akherat nanti. Bukan ketampanan, justru ciri pria yang memenuhi syarat diambil mantu adalah seperti kisah Nabi Musa di atas. Pejabat pun harus kuat dan terpercaya agar ia bisa memimpin rakyatnya. Seorang suami harus kuat fisiknya, kuat kepribadiannya agar bisa melindungi dan memenuhi kebutuhan keluarganya. Berkatalah dia Syuaib “Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah suatu kebaikan dari kamu, maka aku tidak hendak memberati kamu. Dan kamu insyaallah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik.” QS Al Qashas 27. Perlu diketahui pembaca setia laman Suaramuslimdotnet, kondisi Nabi Musa alaihissalam tidak memiliki pekerjaan, namun Nabi Syuaib alaihissalam jatuh hati kepadanya. Diberilah ia pekerjaan, yang pekerjaan selama 8 tahun itu dianggap Nabi syuaib sebagai maharnya Musa alaihissalam. Prof Quraish Shihab mengingatkan, ini wujud terkabulnya doa Nabi Musa alaihissalam, doa dapat keselamatan, pekerjaan, istri dan perlindungan dari kejaran bala tentara Fir’aun. Beralih kepada Mahar. “Mahar itu adalah sesuatu yang bermanfaat, bisa dalam bentuk pekerjaan,” kata Quraish Shihab. Mahar itu hak perempuan, bukan hak orang tuanya. Di Indonesia terjadi salah kaprah, mahar perempuan, kadang disangkutpautkan dengan orang tuanya. Masih menurut Quraish Shihab, “Mahar itu bukan harga perempuan, mahar itu lambang kesediaan untuk hidup bersama untuk memenuhi kebutuhan pasangan“. Kepada calon mertua, tidak harus berupa emas 1 Kg, mobil asal Italia. Apalagi tanah 1000 hektar. Bisa dengan hafalan Al Quran seperti yang dipraktikkan salah satu menantu dai kondang AA Gym. Wallahu’allam Kontributor Fadh Ahmad Arifan Editor Oki Aryono
Musaadalah sosok yang dianggap sebagai Nabi terpenting dalam Yudaisme atau agama Yahudi, dan salah satu Nabi terpenting dalam agama Kristen, Islam, Baha'i dan agama-agama Abrahamik lainnya. Menurut Alkitab Perjanjian Lama , Perjanjian Baru dan Al-Qur'an , Musa adalah pemimpin dari Bani Israil dan pemberi hukum yang dianggap sebagai penulis Taurat .
Nabi Syu’aib Mertua Nabi Musa Benarkah mertuanya nabi Musa adalah nabi Syuaib? Trim’s, karna ada yg meragukan Jawab Bismillah was shalatu was salamu ala Rasulillah, wa ba’du, Ada beberapa keterangan dalam al-Quran terkait nama kota Madyan dan perjalanan Musa alaihis salam. Pertama, Allah menyebutkan bahwa daerah yang didatangi Nabi Musa ketika beliau melarikan diri dari kejaran pasukan Fir’aun bernama Madyan. Allah berfirman, وَلَمَّا تَوَجَّهَ تِلْقَاءَ مَدْيَنَ قَالَ عَسَى رَبِّي أَنْ يَهْدِيَنِي سَوَاءَ السَّبِيلِ . وَلَمَّا وَرَدَ مَاءَ مَدْيَنَ وَجَدَ عَلَيْهِ أُمَّةً مِنَ النَّاسِ يَسْقُونَ وَوَجَدَ مِنْ دُونِهِمُ امْرَأتَيْنِ تَذُودَانِ قَالَ مَا خَطْبُكُمَا قَالَتَا لَا نَسْقِي حَتَّى يُصْدِرَ الرِّعَاءُ وَأَبُونَا شَيْخٌ كَبِيرٌ “Tatkala dia Musa menuju negeri Mad-yan ia berdoa lagi “Mudah-mudahan Tuhanku memimpinku ke jalan yang benar.” Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Mad-yan ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan ternaknya, dan ia men- jumpai di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat ternaknya. Musa berkata “Apakah maksudmu dengan berbuat at begitu?” Kedua wanita itu menjawab “Kami tidak dapat meminumkan ternak kami, sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan ternaknya, sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya. QS. al-Qashas 22 – 23. Kedua, Tidak ada keterangan bahwa orang tua yang menikahkan Musa dengan putrinya bernama Syuaib. Dalam al-Quran, Allah menyebutnya dengan Syaikhun Kabir orang yang sudah tua. Allah berfirman, قَالَ مَا خَطْبُكُمَا قَالَتَا لَا نَسْقِي حَتَّى يُصْدِرَ الرِّعَاءُ وَأَبُونَا شَيْخٌ كَبِيرٌ Musa berkata “Apakah maksudmu dengan berbuat at begitu?” Kedua wanita itu menjawab “Kami tidak dapat meminumkan ternak kami, sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan ternaknya, sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya. QS. al-Qashas 23. Ketiga, Allah juga menyebutkan bahwa nama kota yang didakwahi Nabi Syuaib adalah kota Madyan. Allah berfirman, وَإِلَى مَدْيَنَ أَخَاهُمْ شُعَيْبًا قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ “Dan Kami telah mengutus kepada penduduk Mad-yan saudara mereka, Syu’aib. Ia berkata “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya…” QS. al-A’raf 85 Keempat, bahwa rentang masa antara kaum Nabi Luth yang dibinasakan dengan kaum Nabi Syuaib radhiyallahu anhuma tidaklah jauh. Karena itu, ketika Syuaib mengingatkan kaumnya, beliau ingatkan akan adzab yang menimpa kaum Luth. Allah berfirman, قَالُوا يَا شُعَيْبُ أَصَلَاتُكَ تَأْمُرُكَ أَنْ نَتْرُكَ مَا يَعْبُدُ آَبَاؤُنَا…. وَيَا قَوْمِ لَا يَجْرِمَنَّكُمْ شِقَاقِي أَنْ يُصِيبَكُمْ مِثْلُ مَا أَصَابَ قَوْمَ نُوحٍ أَوْ قَوْمَ هُودٍ أَوْ قَوْمَ صَالِحٍ وَمَا قَوْمُ لُوطٍ مِنْكُمْ بِبَعِيدٍ “Mereka berkata “Hai Syu’aib, apakah shalatmu menyuruh kamu agar kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami… Hai kaumku, janganlah hendaknya pertentangan antara aku dengan kamu menyebabkan kamu menjadi jahat hingga kamu ditimpa azab seperti yang menimpa kaum Nuh atau kaum Hud atau kaum Shaleh, sedang kaum Luth tidak pula jauh waktunya dari kamu. QS. Hud 87 – 89. Dan kita tahu, kaum Luth hidup semasa dengan Nabi Ibrahim. Dibuktikan dengan peristiwa ketika Malaikat yang diutus menghancurkan kaum Luth, sebelum mendatangi Luth, mereka mendatangi Ibrahim alaihis salam. Berarti masa Nabi Syuaib berdekatan dengan masa Nabi Luth. Sementara Musa adalah keturunan Bani Israil, jauh dari zaman Ibrahim. Ibnu Katsir menyebutkan lebiih dari 400 tahun. Musa jauh setelah Yusuf. Sementara Yusuf keturunan Ya’kob bin Ishaq bin Ibrahim. Kita tidak tahu, berapa generasi antara Ibrahim dengan Musa. Sehingga secara perhitungan waktu, aneh jika Musa bertemu dengan Syuaib yang zamannya berdekatan dengan Luth. Keterangan dari Hadis Disamping informasi dalam al-Quran, Nabi shallallahu alaihi wa sallam juga menyebutkan keterangan tambahan dalam hadis bahwa Nabi Syuaib adalah nabi dari arab, yang berbahasa arab. Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah menyampaikan beberapa hal terkait para nabi, diantara yang beliau sampaikan kepada Abu Dzar adalah وَأَرْبَعَةٌ مِنَ العَرَبِ هُودٌ وَصَالِح وَشُعَيب وَنَبِيُّكَ يَا أَبَا ذَرّ Ada 4 nabi dari arab, yaitu Hud, Shaleh, Syuaib, dan nabimu ini, wahai Abu Dzar. HR. Ibnu Hibban dan dihasankan al-Hafidz Ibnu Katsir dalam al-Bidayah wa an-Nihayah, 1/120. Sementara diskusi antara Musa dengan mertuanya dilakukan tanpa penerjemah. Seperti yang Allah sebutkan di surat al-Qashas, قَالَ إِنِّي أُرِيدُ أَنْ أُنْكِحَكَ إِحْدَى ابْنَتَيَّ هَاتَيْنِ عَلَى أَنْ تَأْجُرَنِي ثَمَانِيَ حِجَجٍ فَإِنْ أَتْمَمْتَ عَشْرًا فَمِنْ عِنْدِكَ وَمَا أُرِيدُ أَنْ أَشُقَّ عَلَيْكَ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّالِحِينَ . قَالَ ذَلِكَ بَيْنِي وَبَيْنَكَ أَيَّمَا الْأَجَلَيْنِ قَضَيْتُ فَلَا عُدْوَانَ عَلَيَّ وَاللَّهُ عَلَى مَا نَقُولُ وَكِيلٌ Berkatalah dia Orang tua madyan “Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah suatu kebaikan dari kamu, maka aku tidak hendak memberati kamu. Dan kamu Insya Allah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik”. Dia Musa berkata “Itulah perjanjian antara aku dan kamu. Mana saja dari kedua waktu yang ditentukan itu aku sempurnakan, maka tidak ada tuntutan tambahan atas diriku lagi. Dan Allah adalah saksi atas apa yang kita ucapkan”. QS. al-Qashas 27 – 28 Ayat di atas menceritakan percakapan antara Musa dengan mertuanya soal mahar pernikahan, dan mereka lakukan tanpa penerjemah. Jika mertu Musa adalah Syuaib, tentu berbeda dengan bahasa Musa. Karena Musa berasal dari Bani Israil yang bahasanya bukan bahasa arab. Dari keterangan di atas, ada beberapa hal mendekati yang bisa kita simpulkan, [1] Ada kesamaan nama daerah antara tempat dakwah Nabi Syuaib dengan mertuanya Musa, yaitu Madyan [2] Mertua Nabi Musa adalah orang tua di Madyan, dan beliau bukan Nabi Syuaib. Dan pendapat ini yang dinilai kuat oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya. Dengan pertimbangan surat Hud ayat 89. Tafsir Ibnu Katsir, 6/228-229. Demikian, Allahu a’lam. Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits Dewan Pembina- Э тοдէдևλի
- Шυራ евуկу